ASSALAMU’ALAIKUM
WR. WB.
اِنَّ الْحَمْد ﷲِ نَحْمَدُهُ وًنَسْتَعِنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
، وَنَعُوْذُباﷲِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَلِنَا ، مَنْ
يَهْدِهِ اﷲُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ ، أَشْهَدُ
اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اﷲُ وَحدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اﷲ حَقَّ تُقَاتِه
وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ( ال عمران : ١۰٢)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُواﷲَ وَقُولُوا قَوْلاً
سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اﷲَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ( الاحزاب : ٧۰ – ٧١
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah,
Melalui mimbar khutbah ini, saya berwasiat kepada
diri saya sendiri dan kepada para jama’ah sekalian, marilah kita bersama-sama
senantiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti yang
sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua
laranganNya. Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang
yang lainnya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam
golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di
sisi Ilahi.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah,
Masih di bulan Muharram ini memanjatkan rasa
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada kita semua.
Yaitu dengan menggunakan nikmat itu ke jalan yang di ridloi-Nya. Bersyukur atas
nikmatnya, maka Allah pun akan menambah nikmat itu. Sebagaimana dalam surat
Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن
شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab–Ku sangat pedih.”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah,
Sebagai upaya memningkatkan iman dan taqwa
kepada-Nya, maka melalui datangnya Tahun Baru Hijriyah ini kita menengok
sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi SAW dan para sahabat-sahabat beliau
menegakkan agama Allah.
Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah,
bahwa Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di
Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang
Quraisy menentangnya. Mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat
beliau dengan tujuan agar Nabi SAW menghentikan dakwahnya.
Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin
keras, namun sungguh suatu keajaiban, semakin keras penindasan dan dan semakin
keras penganiayaan, Islam pun semakin berkembang. Tidak satupun orang yang
begitu masuk Islam lalu sudi keluar atau menjadi murtad bagaimanapun kerasnya
kekejaman dan penganiayaan yang mereka lakukan.
Makin hari kekejaman itu semakin menjadi-jadi,
dan kemudian mencapai puncaknya. Mereka sepakat untuk menangkap dan membunuh
Nabi SAW. Dalam keadaan genting itulah, Rasulullah mendapat perintah hijrah ke
Madinah. Maka berhijrahlah Beliau bersama para sahabat menuju kota Yatsrib,
yang sekarang menjadi kota Madinah.
Peristiwa hijrah ini terjadi tonggak perjuangan
umat Islam untuk selanjutnmya mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga
disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relevan atau cocok dikaitkan
dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang. Nilai-nilai
yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap cocok dijadikan rujukan
kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut.
Diantaranya:
Pertama, hijrah merupakan
perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para sahabat sudi meniggalakan
kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman, mereka rela
berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka
pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman batin, kalau batin sudah
merasa tentram dan teraasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan
dzahir yang mereka alami tidak akan terasa. Itulah mengapa sebabnya para
sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka melakukan perjalanan
dari Mekkah menuju Madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam
memperingati tahun baru hijriyah ini, perlulah kita tanamkan keimanan dalam
diri kita sebagaimana imannya para sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk
amal-amal saleh dalam kehidupan ini.
Para jamaah, iman akan membuat hidup seseorang
jadi terarah. Kekuasaan dan kebebasan berfikir harus ada imbangannya. Allah
tidak harus ada imbangannya. Allah tidak hanya menganugerahkan akal pada
amnesia, tapi juga hati. Kita memang butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diimbangi dengan keimanan akan membuat manusia semakin sadar akan hakikat
dirinya, timbul pengakuan sebagaimana tersebut dalam surah Ali Imran ayat 191:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِل
Artinya: “Ya Tuhan kami, tiada sia-sia Engkau
menciptakan ini.”
Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu.
Makhluk yang bernama Malaikat cuma dianugerahakan akal saja tanpa nafsu, karena
itu tidak ada malaikat yang mendurhakai Allah, sehingga wajar kalau kita tiap
hari berbuat salah. Sedangkan manusia diberi kedua-duanya akal sekaligus nafsu.
Jika akal yang menguasai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke
derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya maka sifat-sifat
binatang yang menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran
binatang. Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah dalam suarh At-Tin ayat 4
dan 5 yang berbunyi:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ
رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian Kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya.”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah,
Hikmah kedua adalah bahwasanya
hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan sahabat untuk
ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori menyatakan bahwa amal-amal perbuatan itu
tergantung pada niatnya dan bagi tiap orang apa yang diniatkannya.
Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang
harus menjiwai peringatan hijrah dan langkah memasuki tahun baru hijriah.
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah,
Kemudian hikmah ketiga adalah bahwa hijrah adalah
perjalanan ukhuwah.
Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana
penduduk Madinah menyambut orang-orang Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka
bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua
manusia berasal dari Nabi Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Maka
bersatulah orang-orang muhajirin dan orang ansharsebagai saudara yang diikat
oleh akidah. Dalam surah Al-Hujarat ayat 10 Allah Swt berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara.”
Dan kaum muhajirin dan anshar ini mendapat
jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana dalam surah At-taubah ayat 100
Allah Swt berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang
pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar.”
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah
Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi
SAW yang dapat saya sampaikan dalam khutbah ini. Sebegai penutup saya ingin
menyampaikan dua kisah penting yang dapat kita petik dalam menyikapi kondisi
bangsa Indonesia saat ini.
Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar
416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan mengendarai onta. Nabi
mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir tepat di atas kepala dan baru
melanjutkan perjalanan sore harinya. Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih
kepada sesama mahluk Allah.
Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh
bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin Malik yang mengendarai kuda pilihan.
Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus unta dan wanita cantik untuk bisa
membunuh Nabi, minimal bisa menggagalkan perjalanan ke Madinah.
Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh
mendadak terpeleset dan jatuh. Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh
terperosok masuk kedalam tanah, dan itu terjadi sampai tiga kali.
Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati
Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas
menanyakan sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah
ayat Al-Quran surat Al-Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi,
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa.”
Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun.
Bahkan kemudian dia menawarkan barang-barang perbekalannya untuk keperluan
perjalanan Nabi, namun Beliau menolak.
Inilah pelajaran pertama, bahwa seorang pemimpin
tidak mudah menerima sesuatu dari orang lain karena kepemimpinannya.
Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi
kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar dan dua orang pengawal
singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan. Perkemahan itu dihuni
oleh seorang perempuan bernama Umi Ma’bad yang ternyata dalam keadaan serba
berkekurangan.
Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus
kerontang. “Jangankan susu Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada,”
kata Umi Ma’bad kepada Nabi.
Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras
kantong susunya dan dengan izin Allah hewan itu keluar air susunya.
Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua kepada
Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu
Bakar, baru kemudian Nabi meminumnya.
Banyak perintiwa penting dalam hijrah, namun dari
peristiwa yang barusan kita diajarkan bahwa semestinya pemimpin mendahulukan
kepentingan rakyatnya.
Umi Ma’bad yang keheranan lalu bertanya kepada
Nabi. “Kenapa Anda tidak minum terlebih dahulu?” Nabi menjawab:
خَادِمُ اْلأُمَمِ آخِرُهُمْ شُرْباً
Nabi mengajarkan bahwa, pelayan umat itu
semestinya minumnya belakangan, mendahulukan kepentingan umat dari pada
kepentingan pribadi.
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى
وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ
مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ
قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah yang dimuliakan Allah SWT
Pada kesempatan Khutbah Jumat yang kedua ini marilah kita berintropeksi diri dan
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dan kita niatkan amal ibadah
kita tahun ini lebih baik dari dari tahun sebelunya, semoga allah SWT
meridhoinya. Amin-amin ya robal’alamin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ